Minggu, Juni 08, 2008

Jakarta Traffic Jam (Traffic Diam)

Sudah bukan hal yang asing bila di Jakarta tiap hari terjadi kemacetan, penyakit ibukota yang satu ini memang sulit untuk diberantas. Sampai saat ini pemerintah belum juga menemukan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Jumlah kendaraan setiap waktu bertambah, sementara ruas jalan tetap tidak ada pelebaran, sementara busway yang dikatakan penggagasnya sebagai solusi yang berhasil mengatasi kemacetan, malah mengambil ruas jalan yang ada dan memperparah kemacetan di jalur umum. Pembangunan tiang-tiang jalur Monorel di dalam kota yang tak kunjung selesai malah merusak estetika kota. Proyek galian kabel yang juga turut serta menyumbang permasalahan hanya memasang papan bertuliskan basa-basi “maaf perjalanan ada terganggu”
Dijalanan mobil penuh sampai memenuhi jalur kiri yang diperuntukan pengendara sepeda motor, yang pada akhirnya sepeda motor melewati jalur trotoar/pedestrian yang diperuntukan bagi pejalan kaki, pejalan kaki pun enggan menggunakan jembatan penyebrangan mereka lebih suka menyebrang langsung di jalan walupun tidak ada zebra cross, jembatan penyebrangan pun jadi mubazir dan hanya menjadi monumen bisu saja.
Menurut pandangan M. Ridwan Kamil di sebuah forum tentang Catatan Kaki Isu Urbanitas Kita, salah satu permasalahan yang mendasar yang terjadi di kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta justru disebabkan oleh ketidaksiapan dan ketidaktahuan tentang esensi budaya berkota atau 'being urban' oleh warganya sendiri.
Carut marut fisik dan sistem kota Jakarta sedikit banyak dipengaruhi oleh masyarakat yang secara psikologis ternyata tetap berperilaku pikir bawaan dari desa.
Esensi berkota atau 'being urban' akhirnya menjadi penting untuk dipahami oleh setiap warga kota atau pendatang yang bermigrasi ke kota. Di kota Tokyo misalnya, setiap pendatang yang akan bergabung menjadi warga kota harus ditatar dan dikuliahi tentang tata tertib, aturan dan etika hidup di kota Tokyo. Hal ini untuk menjamin bahwa semua warga kota memahami esensi dan nilai-nilai filosofis hidup di kota besar. (kk dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar: