Rabu, Juni 29, 2011

Rumah Padat (Compact House)

Mendesain rumah dengan lahan terbatas tetapi kebutuhan ruang yang banyak (padat) menjadi suatu tantangan bagi arsitek perancang, apalagi dengan dana yang terbatas pula.

Dengan luas lahan lebih kurang 72 m2 (6x12m) dan berada pada area pemukiman perumahan sederhana di pinggir kota Bandung, milik seorang Pegawai Negeri Sipil golongan rendah, dengan dua anak yang beranjak dewasa.

Hal tersebut di atas menjadi pertimbangan dasar dalam mendesain, dimana desain dituntut agar efisien dan hemat biaya.

Rumah dua lantai ini dibuat dengan tata ruang yang sederhana, lantai dasar ruang tamu, dapur dan ruang keluarga sebagai ruang public dengan meminimalkan dinding pembatas ruang, agar kelihatan dan terasa lapang/luas.


Atas dasar keterbatasan biaya untuk pembangunan, rancangan rumah ini menggunakan material yang meminimalkan finishing, misalkan dinding dengan menggunakan bahan concrete block tanpa finishing yang mengharuskan modul ruang-ruang didalamnya dirancang berdasarkan ukuran material tersebut. Atap berbahan metal yang digunakan untuk mempercepat masa pembangunan. Kusen jendela menggunakan bahan alumunium, sedangkan daun pintu dipasang menempel di dinding tanpa kusen. Lantai merupakan plat beton yang diplester halus tanpa keramik ataupun finishing lainnya, sehingga dengan biaya terbatas rumah ini bisa terwujud.

Minggu, Juni 26, 2011

Tradisi Dalam Arsitektur (1)

Antara tahu 1920-1970, gerakan arsitektur dibagi oleh Charles Jencks menjadi enam tradisi yang didasarkan pada ideologi-ideologi yang timbul waktu itu. Tradisi itu tidak berlangsung terus menerus, ia dapat berkembang atau juga dapat mati atau surut. Arsitektur pun cenderung untuk untuk beralih dari satu tradisi ke tradisi lainnya, dalam mencari apa yang diinginkannya. Dengan demikian, ia cenderung untuk menghasilkan sesuatu yang baru.
Dapat dikatakan bahwa arsitek yang dianggap baik, tidak diklasifikasikan hanya pada satu sisi tradisi-tradisi ini, melainkan menghasilkan sesuatu fusi atau peleburan dari berbagai minat dan bentuk berdasarkan suatu tradisi. Perkembangan yang ada membuat tradisi-tradisi ini secara ideologis bertentangan tetapi secara psikologis berdampingan.
Adapun pembahasan-pembahasan mengenai tradisi-tradisi ini dibuat dengan pertimbangan-pertimbangan ide politis yang menjadi latar belakang setiap gerakan. Hal ini dianggap sebagai unsur utama dalam arsitektur.
Ada tiga macam sikap yang dapat diperlihatkan seorang ARSITEK terhadap suatu keadaan politik, yaitu : MENOLAK, BERKOMPROMI, atau MENGIKUTI SECARA TOTAL. Hal ini disebabkan karena :
- Arsitek tergantung pada dukungan pemerintah atau sponsor, sehingga ketentuan yang diambil adalah politis.
- Arsitektur mempengaruhi masyarakat, walaupun arsitektur sendiri tidak dapat merubah masyarakat, sehingga pengaruh yang ditimbulkan, walaupun kecil tapi nyata pada kehidupan manusia. Jelaslah bahwa makin rendah tingkat dari lingkungan kebudayaannya, maka pengaruh arsitektonisnya akan makin terasa.
- Arsitektur adalah suatu seni politik (sebagai perwujudan dari dunia politik, nilal-nilai sosial dan nilai-nilai lain yang dinikmati bersama), sehingga lebih banyak berkecimpung dengan makna-makna sosial, bila dibandingkan dengan seni-seni yang lain. Akibatnya membuat bertanggung jawab pada komunitas atau masyarakatnya.
Jadi bila dunia publik maupun politik secara umum berada dalam keadaan tidak menentu dan ragu-ragu, maka dunia arsitekturpun akan kehilangan kepercayaan dirinya. (lanjut)